Setiap tanggal 1 Muharram selalu mengingatkan kita pada peristiwa besar dalam Sirroh Nabawi yaitu hijrahnya kaum muhajirin dari Mekah ke Madinah. Ketika itu hijrah dilkukan Nabi dan para sahabat atas dasar melaksanakan perintah Allah SWT. Kita semua mafhum, bahwa setiap perintah Allah SWT untuk umatnya tentu ada hikmah dan manfaat di dalamnya. Hijrah memberikan energi dan semangat baru dalam babak perkembangan Islam, khususnya di Madinah. Sejarah mencatat bahwa kesulitan dan tantangan dakwah yang dihadapi Rasulullah di Mekah sedikit terurai ketika kaum muhajirin disambut dengan hangat penuh persaudaraan oleh kaum anshor di Madinah.
Sementara itu, nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam peristiwa hijrah sudah sepatutnya dihayati dan dipraktekkan dalam konteks kekinian oleh umat islam. Bukankah hijrah dalam arti makani (berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain) sudah tidak terjadi lagi? Akan tetapi, hijrah secara maknawi yaitu berpindah (meninggalkan) dari hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT menuju hal-hal yang diridhoi-Nya akan berlaku sepanjang masa?
Oleh karena itu sudah seharusnya umat islam bertekad dalam diri masing-masing untuk hijrah: dari malas menuju ke giat; dari kebodohan menuju ilmu; dari memakan yang haram menuju yang halal; dari pemarah menuju ke penyabar; dari tabiat keji/kejam menuju ke kasih sayang, pendek kata dari akhlak mazmumah menuju akhlak mahmudah. Tekad itu harus dibarengi dengan ikhtiar yang sungguh-sungguh dan permohonan kepada Allah SWT agar diberikan kemampuan/kekuatan untuk mewujudkannya dalam bentuk "action" nyata yaitu amal dan tindakan. Semoga kita bisa memetik buah hikmah tahun baru hijriah agar kehidupan kita lebih bermakna di masa-masa yang akan datan. Amiin.
0 komentar:
Posting Komentar