Pages

Kamis, 27 November 2014

4 Syarat Disebut Ikhlas dalam Belajar

Apa saja syarat disebut ikhlas dalam belajar? Karena banyak yang belajar namun jarang memperoleh hasil? Banyak yang duduk di majelis namun tidak membuahkan ilmu yang bermanfaat pada dirinya, akhlaknya masih buruk, juga interaksi dengan sesamanya jelek.
Para ulama selalu mewanti-wanti agar kita selalu ikhlas dalam beramal termasuk dalam belajar. Ilmu semakin mudah diraih jika disertai dengan ikhlas. Ilmu semakin jauh dari kita jika yang diharapkan adalah pujian manusia dan ridho selain Allah.
Sesungguhnya ikhlas dalam beramal adalah syarat diterimanya amal dan cara mudah mencapai tujuan. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al Bayyinah: 5).
Dari ‘Umar bin Al Khottob, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ ، وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Setiap amalan tergantung pada niatnya dan setiap orang akan mendapatkan yang ia niatkan.” (HR. Bukhari no. 54 dan Muslim no. 1907).
Abu Bakr  Al Marudzi berkata, “Aku pernah mendengar seseorang bertanya pada Abu ‘Abdillah -yaitu Imam Ahmad bin Hambal- mengenai jujur dan ikhlas. Beliau pun menjawab,
بهذا ارتفع القوم
“Dengan ikhlas semakin mulia (tinggi) suatu kaum).”
Guru kami, Syaikh Sholih bin ‘Abdullah bin Hamd Al ‘Ushoimi -semoga Allah senantiasa menjaga dan memberkahi umur beliau- berkata bahwa ikhlas dalam belajar agama (ilmu diin) jika diniatkan:
1- Untuk menghilangkan kebodohan dari diri sendiri.
2- Untuk menghilangkan kebodohan dari orang lain.
3- Menghidupkan dan menjaga ilmu.
4- Mengamalkan ilmu yang telah dipelajari.
Contoh dari ulama masa silam (ulama salaf), mereka selalu khawatir luput dari sifat ikhlas ketika belajar. Mereka sudah berusaha mewujudkan ikhlas tersebut dalam hati mereka. Namun untuk mengklaim, telah ikhlas, itu amatlah sulit. Sehingga dalam rangka wara’ (kehati-hatian), mereka tidak menyebut diri mereka ikhlas.
Hisyam Ad Dastawa-iy rahimahullah berkata,
والله ما أستطيع أن أقول: إني ذهبت يوما أطلب الحديث أريد به وجه الله
Sungguh aku tidak mampu berkata: aku telah pergi mencari hadits pada satu hari untuk mencari wajah Allah.
Imam Ahmad ditanya, “Apakah engkau telah menuntut ilmu karena Allah?” Jawab beliau,
لله! عزيز, ولكنه شيء حبب إلي فطلبته
“Karena Allah! Itu perkara besar (agung), namun aku berkeinginan kuat untuk terus meraihnya.”
Oleh karenanya, siapa yang luput dari ikhlas, maka ia telah luput dari ilmu dan kebaikan yang banyak. Sehingga ikhlas inilah yang mesti diperhatikan dalam setiap perkara yang nampak ataupun yang samar, yang tersembunyi atau yang terlihat.
Karena itu, kita harus terus berusaha memperbaiki niat. Sufyan Ats Tsauriy berkata,
ما عالجت شيئا أشد علي من نيتي لأنها تتقلب عليَّ
“Aku tidaklah pernah mengobati sesuatu yang lebih berat daripada memperbaiki niatku. Karena niatku dapat terus berbolak-balik.”
Sulaiman Al Hasyimiy berkata, “Terkadang ketika aku mengucapkan satu hadits saja, aku membutuhkan niat. Setelah aku beralih pada hadits yang lain, berubah lagi niatku. Jadi, memang betul menyampaikan satu hadits saja butuh niat ikhlas karena Allah.”
Semoga Allah beri kita hidayah untuk terus ikhlas dalam belajar dan beramal. Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.

Referensi:
Ta’zhimul ‘Ilmi pada point kedua, karya -guru kami- Syaikh Sholih bin ‘Abdullah bin Hamd Al ‘Ushoimiy



KERUGIAN SEJATI
Khutbah Pertama:
إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Melalui khutbah ini, kami berwasiat kepada diri kami dan seluruh kaum muslimin, hendaklah kita senantiasa menjaga dan berusaha meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah sambil terus berdoa agar diberi keistiqamahan dan diwafatkan dalam keadaan Islam.

Kaum muslimin rahimakumullah

Semua orang pasti ingin selalu bahagia dan tidak pernah menginginkan kesengsaraan walau sejenak. Semua orang ingin senantiasa beruntung dan berusaha maksimal menghindari kerugian, namun apa hendak dikata, fakta berbicara lain. Tidak semua yang diinginkan manusia di dunia terwujud, terkadang apa yang justru dihindari menjadi fakta yang harus diterima, meski terasa pahit. Kerugian terus mendera. Kenyataan pahit ini disikapi dengan sikap yang berbeda-beda, mulai dari sikap ekstrim sampai yang biasa-biasa saja. Terkadang sikap itu justru mendatangkan kerugian atau penderitaan baru, seperti bunuh diri –na’udzu billah-, merusak harta-benda, mencederai diri sendiri atau mencederai orang lain. Tapi ada juga yang menyikapi dengan santai, tenang dan penuh kesabaran. Dia menyadari bahwa kerugian yang dialami di dunia ini bukanlah kerugian hakiki, bukan kerugian yang akan mendatangkan penderitaan abadi; itu bukanlah kerugian yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam fiman-Nya:
قُلْ إِنَّ الْخَاسِرِينَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَلاَّ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ
Katakanlah, “Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari Kiamat.” Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. (QS. Az-Zumar: 15)
Kaum muslimin rahimakumullah
Karugian yang disebutkan dalam ayat di atas itulah kerugian yang hakiki, yang akan menyebabkan penyesalan yang kekal. Kerugian pada Hari Kiamat; kerugian di saat kebaikan dan keburukan manusia ditimbang dengan timbangan teradil yang tidak mengandung kecurangan sama sekali. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan kita semua dari kerugian tersebut.
Kerugian pada Hari Kiamat merupakan akibat dari perbuatan kita selama hidup di dunia. Jika kesempatan hidup ini bisa kita manfaatkan dengan baik dan maksimal, sebagaimana seorang pebisnis memanfaatkan modal usahanya yang sangat terbatas untuk meraih keuntungan sebanyak-banyaknya, maka insya Allah kita akan terselamatkan dari kerugian tersebut.
Kaum muslimin rahimakumullah
Kerugian terburuk yang menimpa seseorang adalah kerugian yang menimpa agamanya, karena kerugian ini akan menyebabkan penderitaan abadi di akhirat. Kerugian yang menimpa agama seseorang merupakan musibah terparah bagi seseorang. Oleh karena itu, diantara doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
ولا تجعل مصيبتنا في ديننا
Janganlah Engkau menjadikan musibah pada agama kami
Apalagi jika musibah pada agama ini sampai menyeretnya ke lembah kemurtadan –na’udzubillah-
Kaum muslimin rahimakumullah
Diantara ciri orang yang menderita kerugian dengan kerugian hakiki adalah ia melalaikan kesempatan beramal shaleh dalam kehidupannya. Dia membiarkan kesempatan itu lewat begitu saja, sehingga akhirnya saat kematian tiba, amal kebaikan yang pernah dilakukannya masih sedikit, sementara keburukannya menggunung. Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:
وَالْوَزْنُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ فَمَن ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ وَمَن خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُوْلَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنفُسَهُمْ بِمَاكَانُوا بِئَايَاتِنَا يَظْلِمُونَ
“Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barangsiapa berat timbangan kebaikannya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barangsiapa ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.” (QS. Al-A’raf: 8-9)
Kaum muslimin rahimakumullah
Tanda-tanda orang merugi lainnya adalah sering mengingkari janji, membuat kerusakan di muka bumi dengan menyebarkan syubhat dan membangkitkan nafsu syahwat. Orang yang tunduk dan taat kepada orang-orang kafir serta memberikan loyalitas kepada mereka, juga diantara ciri orang yang rugi. Alquran dengan tegas telah mengingatkan perbuatan yang menyebabkan akibat buruk ini. Karena orang-orang kafir itu akan berusaha membuat kita seperti mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن تُطِيعُوا الَّذِينَ كَفَرُوا يَرُدُّوكُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ فَتَنقَلِبُوا خَاسِرِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu mentaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadikanlah kamu orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran: 149)
Kaum muslimin rahimakumullah
Termasuk orang-orang yang merugi pada Hari Kiamat adalah orang yang hanya beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di saat dia mendapatkan anugerah kebaikan, di saat hidupnya nyaman, enak dan makmur atau dia beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala disaat apa yang dilakukan itu bisa mendatangkan keuntungan atau kebaikan duniawi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَعْبُدُ اللهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَاْلأَخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ
“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi;maka jika memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS. Al-Hajj: 11)
Termasuk merugi juga yaitu orang yang dilalaikan oleh harta dan keluarga sehingga tidak bisa beribadah kepada Allah.
Dan masih banyak lagi ayat-ayat Alquran yang menyebutkan kata merugi dan hal-hal yang menyebabkan kerugian. Ini semua dalam rangka mengingatkan manusia agar tidak tertimpa kerugian yang mengakibatkan penderitaan yang tidak terperikan akibatnya dalam kehidupan akhirat.
Akhirnya, kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar menjaga dan menyelamatkan kita dari kerugian-kerugian tersebut.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ
Khutbah Kedua:
أَحْمَدُ رَبِّيْ وَأَشْكُرُهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيِّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
Kaum muslimin rahimakumullah
Setelah mendengarkan pemaparan pada khutbah pertama, tentu kita terus bertanya-tanya; Bagaimanakah cara kita menghindari kerugian tersebut? Manakah usaha yang bisa mendatangkan keuntungan hakiki?
Jawabannya telah dijelaskan dalam Alquran dengan penjelasan gamblang dalam Alquran surat al-A’ahr.
Dalam ayat lain dijelaskan rambu-rambu bisnis yang mendatangkan keuntungan serta dijamin tidak akan tersentuh kerugian.. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنجِيكُم مِّنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ . تُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرُُ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya.” (QS. Ash-Shaff: 10-11)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ وَأَقَامُوا الصَّلاَةَ وَأَنفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلاَنِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَّن تَبُورَ
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.” (QS. Fathir: 29)
Kaum muslimin rahimakumullah
Itulah jawabannya, itulah cara dan langkah-langkah yang bisa ditempuh untuk menghidari kerugian dan meraih keuntungan. Barangsiapa melalaikan dan mengabaikan cara yang diberikan oleh Allah tersebut, kerugian pasti tidak akan terelakkan dan dia akan merasakan penyesalan yang tiada tara. Semoga kita semau senantiasa berada dalam hidayah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan senantiasa mendapatkan taufiq dari Allah untuk beramal sesuai dengan atauran Allah Subhanahu wa Ta’ala
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
اللهم افتح بيننا وبين قومنا بالحق وأنت خير الفاتحين.
اللهم إنا نسألك علما نافعا ورزقا طيبا وعملا متقبلا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Sumber: Majalah As-Sunnah, Edisi 06/Thn XVII/Dzulqa’dah 1434 H/Oktober 2013 M

Rabu, 26 November 2014

KISI-KISI UAS GANJIL KELAS IX MTS NEGERI BABAT TP. 2014/2015


1.    Peserta didik dapat mengidentifikasi dua bangun yang pasti sebangun
2.    Peserta didik dapat menghitung lebar sebenarnya ,jika panjang sebenarnya di tentukan, lebar dan panjang pada model  ditentukan
3.    Peserta didik dapat menentukan tinggi sebenarnya jika sketsa menara ditentukan tinggi dan lebar juga lebar sebenarnya
4.    Peserta didik dapat menentukan jarak sebenarnya jika diketahui skala dan jarak pada peta
5.    Peserta didik dapat menentukan perbandingan volume batu bata pada model dengan volume sesungguhnya jika ukuran sesungguhnya diketahui  panjang = 20 cm, lebar=10 cm dan tinggi = 5 cm juga panjang pada model = 10 cm.
6.    Peserta didik dapat menentukan panjang sisi sisi segitiga yang sebangun jika diketahui panjang sisi sisi segitiga lainnya dengan sifat sifat segitiga sama dan sebangun
7.    Peserta didik dapat menyebutkan dua segitiga yang kongruen  dengan ditentukan masing-masing panjang sisi sisinya selanjutnya menentukan panajng segitiga lainnya
8.    Peserta didik dapat menentukan panjang salah satu sisi segitiga yang kongruen jikasalah satu sisi terpanjang ditentukan dan sisi yang lain sama panjang dan berhimpit
9.    Peserta didik dapat menentukan banyaknya segitiga yang kongruen dari sebua gambar segitiga yang yang kongruen dan salah satu sisi menjadi sisi segitiga lainya
10.  Peserta didik dapat menentukan panjang sisi dari dua segitiga yang sebangun
11.  Peserta didik dapat mementukan luas selimut tabung ,jika jari-jari dan tingginya ditentukan
12.  Peserta didik dapat menentukan luas selimut tabung jika diameter dan tingginyaditentukan
13.  Peserta didik dapat menentukan tinggi tabung jika luas selimut dan jari-jari tabung ditentukan
14.  Peserta didik dapat menentukan luas permukaan tabung jika jari jari  dan tinggi ditentukan
15.  Peserta didik dapat menentukan jari-jari tabung jika luas permukaan dan tingginya ditentukan
16.  Peserta didik dapat menentukan tinggi tabung jika volume dan jari-jarinya ditentukan
17.  Peserta didik dapat menentukan luas permukaan tabung tertutup jika jari jari dan tingginya ditentukan
18.  Peserta didik dapat menentukan luas permukaan kerucut jika jari jari dan panjang garis pelukisnya ditentukan
19.  Peserta didik dapat menentukan luas permukaan kerucut jika jari-jari dan garis pelukisnya ditentukan
20.  Diberikan panjang garis pelukis dan jari-jari kerucut, peserta didik dapat menentukan tinggi kerucut
21.  Peserta didik dapat menentukan luas selimut kerucut jika jari-jari dan panjang garis pelukisnya diketahui
22.  Peserta didik dapat menentukan garis pelukis kerucut jika jari jari dan tingginya ditentukan
23.  Peserta didik dapat menentukan jari-jari alas kerucut jika kerucut terbentuk dari ¾ lingkaran yang panjang jari-jari diketahui.
24.  Peserta didik dapat menentukan luas permukaan bola jika jari jari ditentukan
25.  Peserta didik dapat menghitung volume tabung yang jari-jari dan tinggi tabung diketahui
26.  Peserta didik dapat menentukan luas karton untuk membuat topi dengan diberikan tinggi dan diameternya
27.  Peserta didik dapat menentukan luas permukaan bola jika jari-jarinya ditentukan
28.  Peserta didik dapat menentukan volume kerucut jika jari-jari dan tingginya ditentukan
29.  Peserta didik dapat menentukan volume kerucut jika jari jari dan tingginya ditentukan
30.  Peserta didik dapat menghitung jari-jari bola yang volumenya diketahui
31.  Peserta didik dapat menghitung jari-jari bola yang luas permukaan bola diketahui
32.  Peserta didik dapat menghitung panjang jari-jari jika luas permukaan setengah bola diketahui.
33.  Peserta didik dapat menghitung luas setengah bola padat jika diameter diketahui.
34.  Peserta didik dapat mementukan populasi jika obyek penelitian diketahui.
35.  Peserta didik dapat menentukan frekwensi suatu nilai dari deretan nilai dalam data tunggal
36.  Peserta didik menentukan median dari suatu data pada tabel berisi nilai dan frekwensi  yang ditentukan
37.  Peserta didik dapat menentukan rata rata hitung dari  beberapa nilai yang ditentukan
38.  Peserta didik dapat menentukan kuartil atas dari data yang terurut
39.  Peserta didik dapat menentukan kuartil bawah dari data yang terurut
40.  Peserta didik dapat menentukan jangkauan dari data tunggal yang tidak berurutan
41.  Peserta didik dapat menghitung median dari sekelompok data yang diketahui.
42.  Peserta didik dapat menentukan median dari data yang diketahui nilai dan frekuensinya.
43.  Peserta didik dapat menentukan modus dari data yang disajikan dalam tabel.
44.  Peserta didik dapat menentukan modus dari sekumpulan data yang diketahui.
45.  Peserta didik dapat menentukan peluang terpilihnya salah satu huruf dipilih secara acak  dari sebuah kata yang diketahui
46.  Peserta didik dapat menentukan peluang munculnya mata 4 dari dadu yang dilemparkan
47.  Peserta didik dapat menentukan peluang muncul angka genap dari sebuah dadu dilempar
48.  Peserta didik dapat menentukan peluang muncul (A, G) dari dua koin yang dilempar bersama
49.  Peserta didik dapat menentukan peluang muncul mata berjumlah 8 dari dua dadu yang dilempar bersama
50.  Peserta didik dapat menghitung frekuensi harapan suatu percobaan

 

web widgets
Apa pendapat anda tentang blog saya?
Sangat Bagus dan Mendidik0%
Sangat Bagus0%
Mendidik0%
Bagus0%
Buruk0%
Tidak Mendidik0%
Sangat Buruk0%
Sangat Buruk dan Tidak Mendidik0%