Pages

Minggu, 16 November 2014

RENUNGAN HARI GURU



          Semua guru (pendidik) akan mengenang hari jadi guru setiap tanggal 25 Nopember. Tahun 2014 ini, terasa istimewa sekaligus memerlukan renungan yang lebih mendalam di benak sang pendidik. Betapa tidak, peristiwa mencengangkan menyeruak ke permukaan mengisi pemberitaan di semua media, elektronik maupun cetak. Topik pemberitaan begitu memilukan tentang oknum sang pendidik; mulai guru TK, SD, SMP, SMA sampai pada dosen (profesor lagi) yang melakukan tindak amoral kepada peserta didik/pebelajar. Memang kita tidak bisa menggeneralisir fenomena (kasus) tersebut karena hanya perilaku oknum. Namun, alangkah tersentaknya manakala figur yang seharusnya menjadi contoh -teladan- dan panutan tega melakukan hal yang jauh menyimpang dari konsep "mendidik" itu sendiri. Ada apa dengan moral, akhlak dan karakter sang maestro pendidikan itu?
         Dalam konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara ada semboyan: "Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut Wuri Handayani" (Pendidik itu: di depan memberi contoh, di tengah membangkitkan semangat dan di belakang mampu memberikan dorongan-mengawal perkembangan peserta didik). Tentu, semboyan ini harus menjadi semangat bagi para pendidik di mana, kapan dan dalam situasi apapun, harus berlaku sepanjang masa. Tanpa semangat ini, banyak kita temukan pendidik yang mengajar tanpa arah dan tujuan yang jelas. Mereka mengajar tidak dengan sepenuh hati.Sekedar menggugurkan kewajiban, jauh dari "cinta" pada profesi. Mereka merasa bahwa mengajar adalah beban berat yang menyesakkan dada, menyiksa. Sehingga mereka selalu mengeluh dan mengeluh.
          Sementara itu, masih ada sosok pendidik yang memegang teguh semangat Ki Hajar Dewantara. Mereka mendidik dengan sepenuh hati. Mereka menekuni profesi guru dengan penuh semangat dan dedikasi tinggi. Mereka mendidik dengan "cinta" dan peduli dengan membagi ilmu pengetahuan dan memberi keteladanan akhlak yang mulia. Inilah sang pendidik yang mencerahkan, pengukir generasi penerus yang mumpuni. Pengorbanan didahulukan daripada keluhan. Kewajiban selalu mendahului hak-hak pribadi. Prinsip bahwa mendidik merupakan ibadah selalu dipegang dengan kuat. Tanggung jawab mencetak generasi penerus yang mumpuni selalu menjadi orientasi dalam melaksanakan tugas. Sosok guru inilah yang menjadi idaman negeri Republik Indonesia.  Mudah-mudahan para guru senantiasa termasuk dalam kelompok ini. Selamat hari guru 25 Nopember 2014. Semoga Allah membimbing langkah kita, amiin.

0 komentar:

Posting Komentar

 

web widgets
Apa pendapat anda tentang blog saya?
Sangat Bagus dan Mendidik0%
Sangat Bagus0%
Mendidik0%
Bagus0%
Buruk0%
Tidak Mendidik0%
Sangat Buruk0%
Sangat Buruk dan Tidak Mendidik0%